Harga | Artikel |
---|---|
Deskripsi Produk |
Suara Merdeka, 22 Agustus 2011
Terapi dengan Pemanfaatan Sel Punca
PERKEMBANGAN ilmu pengetahuan, terutama di bidang dunia
kedokteran, terus mengalami kemajuan. Salah satu yang kini sedang
dikembangkan adalah terapi stem cell atau sel punca.
Terapi sel punca kini dapat menjadi suatu pilihan atau alternatif
untuk mengatasi masalah-masalah ekstrem di bidang kedokteran. Menurut
Prof Dr dokter Amin Soebandrio SpMK, Ketua Dewan Ilmiah ASPI (Asosiasi
Sel Punca Indonesia), saat ini terapi stem cell malah merupakan
pendekatan yang sangat efektif dan sangat menjanjikan.
''Pada kasus yang ekstrem, ujung jari yang putus, misalnya, dengan
teknologi sel punca, bisa diperbaiki, bisa tumbuh lagi,'' katanya dalam
Simposium Sel Punca yang diadakan pada 9-10 Juli 2011 lalu di Hotel Sari
Pan Pacific, Jakarta.
Namun hal tersebut, menurut Amin Soebandrio, baru sebatas dilakukan
di laboratorium-laboratorium luar negeri. Indonesia sendiri belum sampai
ke sana, karena perkembangan stem cell masih sebatas penelitian.
Apa Itu Sel Punca?
Istilah sel punca pertama kali diusulkan oleh histolog Rusia,
Alexander Maksimov, dalam kongres hematologi di Berlin, Jerman pada
tahun 1908. Ia menyebutkan bahwa sel punca adalah sebuah sel tunggal
yang dapat bereplikasi menjadi sel serupa atau berdiferensiasi menjadi
aneka jenis sel yang sama sekali berbeda. Karena sifat-sifatnya, sel
punca diyakini dapat digunakan untuk meregenerasi sel-sel di tubuh
manusia yang rusak. Teori ini baru terbukti sekitar 70 tahun kemudian
ketika sel induk (sel punca) tersebut ditemukan dalam darah sumsum
tulang belakang manusia. Sejak saat itu, riset mengenai sel punca mulai
ramai dilakukan hingga melaju cepat dalam 10 tahun terakhir.
Sel punca mempunyai ciri yang sangat berbeda dibandingkan dengan sel
tubuh lainnya. Ciri pertama adalah, sel yang belum terspesialisasi ini
dapat memperbaharui dirinya secara terus menerus melalui proses
pembelahan. Ciri kedua, dalam kondisi tertentu, sel dapat berubah
menjadi sel jaringan atau organ spesifik dengan fungsi yang spesifik
pula.
Pada organ-organ seperti usus dan sumsum tulang belakang, sel punca
akan membelah secara reguler dan mengganti jaringan yang rusak atau
mati. Pada organ lain, seperti pankreas dan hati, sel punca hanya
membelah dalam situasi tertentu. Sementara pada organ seperti tulang,
serabut saraf, otot jantung, dab lain-lain, sel punca tidak
memperlihatkan pembelahan yang signifikan. Karena kedua ciri utama di
atas, maka sel punca diyakini mempunyai potensi untuk meregenerasi
jaringan atau organ tubuh manusia yang rusak, tentunya dengan suatu
teknik tertentu.
Di Indonesia
Pada awalnya, sumber sel punca adalah embrio manusia. Karena itulah
banyak kalangan yang menentang penelitian-penelitian sel punca.
Untungnya, pada tahun 2007, dua orang ilmuwan Jepang, Shinya Yamanaka
dan Kazutoshi Takahasi berhasil membuat sel punca hasil reprogram sel
kulit manusia. Selain itu, para peneliti di AS juga berhasil mendapatkan
sumber sel punca baru yaitu cairan ketuban dan tali pusar (umbilical
cord blood). Perkembangan sumber stem cell mencapai ke arah yang lebih
baik yaitu dari darah tali pusar.
Stem cell dari darah tali pusar cenderung lebih baik, karena lebih
''murni'' dari perubahan ciri genetik daripada setelah tumbuh dewasa.
Perubahan genetik tersebut bisa terjadi oleh pengaruh infeksi ataupun
faktor lingkungan (misalnya radiasi). Sel tunas pada ari-ari lebih
segar, lebih plastis, dan lebih aktif ketimbang sel tunas dari sumber
lain. Meskipun demikian, sel terbaik untuk dijadikan sumber stem cell
adalah sel embrionik manusia, yang muncul pada embrio bayi yang berumur
sekitar 7 hari. Sel ini merupakan sel-sel blastosit yang paling gesit.
Namun, sampai saat ini, pengambilan sel tunas dari sumber ini masih
menjadi kontroversi karena hal tersebut sama dengan membunuh sang janin.
Di Indonesia, penelitian mengenai terapi sel punca sudah mengalami
banyak kemajuan. Di Devisi Ortopedi dan Traumatologi FKUI RSCM,
misalnya, telah melakukan penelitian terapi sel punca untuk mengobati
kerusakan tulang rawan. Pada penelitian ini, sel punca diambil dari
tubuh pasien sendiri, yaitu dari tulang panggul. Kemudian sel punca
tersebut dikembangbiakkan di laboratorium selama empat minggu hingga
jumlahnya berlipat-lipat, sampai 10 juta.
Lutut yang mengalami kerusakan tulang rawan kemudian dibersihkan
melalui operasi. Bagian-bagian yang rusak dibuang. Setelah itu, sel
punca hasil biakan ditanam pada daerah yang telah dibuang dan luka
operasi dijahit. Beberapa waktu kemudian diharapkan akan tumbuh tulang
rawan baru menggantikan tulang rawan yang telah rusak dan keluhan nyeri
lutut pasien berkurang atau hilang.
Berbagai Penyakit
Selain di bidang 'pertulangan', terapi sel punca juga dikembangkan
untuk mengobati berbagai penyakit. Yang paling banyak menggunakan terapi
sel punca adalah pasien gangguan atau penyakit jantung, lebih dari 30
pasien yang mayoritas berusia 50 -70 tahun.
Pada kasus infark miokard (penyebab utama gagal jantung kongestif),
di mana banyak sel otot jantung yang mati, sel punca diharapkan dapat
mengganti sel-sel otot tersebut sehingga jantung dapat berfungsi kembali
dengan baik.
Secara ringkas, prosedurnya adalah, pertama, memetakan bagian jantung yang mana saja yang mengalami kerusakan. Kedua, membuka pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat, biasanya dengan pemasangan stent. Ketiga, dengan menggunakan kateter jantung yang dimasukkan lewat pembuluh darah di pangkal paha, sel punca disuntikkan langsung ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi daerah yang rusak. Sel punca kemudian akan meregenerasi sel-sel otot jantung yang telah mati.
Menurut Yuyus Kusnadi, peneliti utama dari Stem Cell and Cancer
Institute (SCI) Jakarta, terapi sel punca dapat diterapkan pada
penderita luka bakar. Terapi sel punca dalam jangka pendek mampu
mempersingkat inflamasi dan memperbaiki fase pembentukan jaringan,
menutup jaringan yang luka, serta memfasilitasi proses epitelialisasi,
yaitu memoles jaringan penyembuhan yang telah terbentuk menjadi lebih
matang dan fungsional.
Namun, dari berbagai referensi, kata Yuyus, terapi ini tidak bisa
sempurna. Bekas luka bakar, masih terlihat seperti kulit kering tipis
yang tidak ditumbuhi rambut.
Di masa mendatang, kemungkinan masih terbentang luas. Masih banyak
penyakit yang berpotensi diterapi menggunakan sel punca, seperti pada
penyakit diabetes melitus (DM) tipe 2 dan campuran tipe 1 dan 2,
terutama yang sudah ada komplikasi, stroke, kanker payudara, penyakit
parkinson, penyakit kelainan tumbuh kembang, autisme, leukimia, bahkan
AIDS. (Amien Nugroho-24)
Sumber : www.suaramerdeka.com
|
Pemanfaatan Sel Punca
